Pemerintah belum berhasil memutuskan tentang konsep pembiayaan
studi kelayakan proyek Jembatan Selat Sunda. Masih terjadi beda
pandangan yang prinsip atas proyek yang ditaksir lebih dari Rp 100
triliun tersebut.”Terus terang saja memang belum ada kata
kesepakatan antara apakah menggunakan APBN atau tidak. Saya tetap
kekeuh mengatakan non-APBN,” kata Menteri Koordinator Perekonomian
Hatta Rajasa di Jakarta, Kamis (28/2/2013).Menurut Hatta, beda
pandangan itu terjadi antara Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo dan
sejumlah menteri terkait lainnya. Agus menginginkan studi kelayakan
dilakukan sendiri oleh pemerintah menggunakan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). Sementara menteri lain, termasuk Hatta,
menginginkan studi kelayakan tidak dari APBN.
”Semua itu
maksudnya baik, tapi yang penting buat kita adalah bagaimana ini bisa
dilaksanakan dengan tetap menjaga akuntabilitasnya,” kata Hatta.
Masih
adanya beda pendapat tentang konsep pembiayaan studi kelayakan
Jembatan Selat Sunda, kata Hatta, menyebabkan pembahasan ditarik sampai
tingkat Wakil Presiden Boediono. Wacana terakhir yang muncul dalam
pembahasan adalah melibatkan badan usaha milik negara (BUMN) dalam
proyek tersebut.
Saat ditanya apakah dana BUMN kuat membangun
megaproyek tersebut, menurut Hatta, ada kemungkinan bisa jika ada
sinergi yang solid. Alternatif lain adalah kolaborasi antara BUMN dan
swasta.
”Sebab kalau pakai APBN, kasihan yang lain. Proyek itu
sekitar Rp 180 triliun. Studinya saja Rp 1 triliun. Kalau mau pakai
APBN, kita masih perlu irigasi, jalan-jalan pedesaan, rumah sakit, dan
infrastruktur yang lain,” kata Hatta.
Hatta berharap pada Maret ini pembahasan bisa dilanjutkan kembali sehingga paling tidak studi kelayakan bisa dimulai tahun ini.
Ekonom
Faisal Basri berpendapat, proyek Jembatan Selat Sunda adalah proyek
sesat. Dari sisi pembiayaan, swasta tidak mungkin mau mengeluarkan
anggaran yang cukup masif tanpa adanya dukungan pemerintah melalui
kucuran APBN.
”Mana ada swasta mau mengeluarkan dana untuk
membiayai proyek yang anggarannya sangat besar dan baru mulai
mendapatkan pemasukan 15 tahun kemudian,” kata Faisal.
Udang
dibalik batu yang dimaksud Faisal adalah konsesi kepada pihak swasta.
Ini bisa berupa konsesi lahan yang luas di Sumatera dan Jawa. (LAS)
Jembatan Selat Sunda
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar