Aduh, panik deh ketika tanpa sadar meraba area vagina dan menemukan
benjolan kecil seperti jerawat di situ. Kadang hanya terlihat memerah,
saat lain juga menampakkan whitehead yang mirip jerawat yang
matang. Rasanya nyeri, apalagi jika Anda kebetulan sedang memakai jeans.
Kok bisa sih, jerawat tumbuh di situ? Jangan-jangan terkena penyakit
menular seksual? Bahaya nggak, sih?
Bintil kecil seperti jerawat
di area vagina sebenarnya sering dialami kaum perempuan. Jerawat pada
vagina ini disebut Hidradenitis Suppurativa. Bedanya dengan jerawat di
wajah yang melibatkan kelenjar minyak, jerawat di vagina berhubungan
dengan kelenjar keringat (apokrin). Kelenjar ini akan membentuk jerawat
ketika tersumbat. Namun mengapa muncul di area vagina, ada beberapa hal
yang menjadi faktor penyebabnya. Dan, Anda tak perlu khawatir. Menurut
Healthy-Skin-Guide, jerawat vagina tidak berbahaya, dan bisa diatasi
dengan obat-obatan luar dan dalam.
Keringat
Boleh
dibilang, inilah penyebab utama (dan paling umum) dari jerawat di
vagina. Keringat di area selangkangan akan mengumpulkan bakteri yang
bisa menyebabkan peradangan dari pori-pori keringat, dan karenanya
menyebabkan tumbuhnya jerawat di area tersebut. Jika penyebabnya
keringat, tak ada cara lain untuk mengatasinya kecuali mengenakan celana
dalam yang bahannya menyerap keringat seperti katun. Hindari celana
dalam dari bahan sutera atau nilon.
Celana dalam yang ketat
Jika
celana dalam terlalu ketat, maka tidak akan ada sirkulasi udara.
Keringat pun menjadi sumber bakteri. Selain itu, celana dalam yang ketat
juga bisa menimbulkan gesekan dengan kulit di area vagina sehingga
terjadi lecet. Jika terpapar bakteri, bagian yang kemerahan ini akan
mengalami infeksi dan akhirnya menimbulkan jerawat. Untuk menghindari
gesekan pada area vagina, kenakan celana dalam yang pas di tubuh Anda.
Tidak rajin mengganti pembalut
Jangan
hanya mengganti pembalut ketika cairan darah sudah penuh. Gantilah tiap
4 jam untuk menghindari kelembaban pada kulit. Jika kulit yang lembab
teriritasi, terjadi luka terbuka, lalu terpapar bakteri Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes. Bakteri ini bisa saja hingga pada kulit bagian tubuh yang lain, dan tanpa sadar menyentuh area vagina.
Rambut yang tumbuh ke dalam
Ingrown hair
atau bulu pubis yang tumbuh ke dalam umumnya disebabkan oleh kebiasaan
mencukur area tersebut, atau tanpa sengaja gerakan Anda membuat rambut
tercabut. Ketika mencukur, bisa saja alat pencukur menggores pori-pori
bulu pubis. Kemudian, selama proses pemulihan pori-pori tersebut menutup
dan membawa serta folikel rambut. Hal inilah yang menyebabkan bengkak
yang mirip jerawat.
Siklus hormonal
Hormon
progesteron punya efek yang sama pada kelenjar apokrin, seperti juga
kelenjar minyak pada wajah atau punggung. Tingkat progesteron yang
tinggi akan memancarkan ketidakseimbangan hormon pada tubuh perempuan,
yang kemudian menyebabkan akumulasi lemak pada pori-pori. Nah, pori-pori
ini lalu menjadi meradang, menyebabkan tumbuhnya jerawat di area
vagina. Itu sebabnya banyak perempuan mengalami jerawat vagina menjelang
menstruasi. Anda bisa membasuhnya dengan pembersih jerawat biasa jika
jerawat ini hanya tumbuh di sekitar vagina.
Mengonsumsi makanan tertentu
Coba
ingat-ingat, apakah sebelum jerawat tumbuh Anda baru saja mengonsumsi
makanan seperti margarin, mayones, atau telur dalam jumlah banyak? Jenis
makanan ini mengandung lemak yang tinggi, sehingga mungkin akan
menyumbat pori-pori dan menyebabkan jerawat. Periksa kembali apa saja
yang Anda makan selama seminggu terakhir, untuk mengetahui apakah
jerawat tersebut memang disebabkan oleh makanan.
Reaksi alergi
Jika
jerawat tumbuh di vagina setelah Anda mengonsumsi beberapa jenis
makanan yang biasanya tidak Anda makan, mungkin saja jerawat ini
merupakan reaksi alergi dari makanan tersebut. Kebanyakan reaksi alergi
terlihat dari kulit yang memerah atau meradang, yang mirip dengan
jerawat atau bisul.
Masih ada beberapa penyebab lain munculnya
jerawat vagina. Di antaranya penggunaan deterjen yang terlalu keras dan
masih meresap di celana dalam, stres, atau kondisi kesehatan lain. Pada
dasarnya, jerawat ini tidak perlu dipencet karena bisa menimbulkan
peradangan lebih lanjut. Tetapi bila jerawat pecah dengan sendirinya,
keluarkan cairan dari dalamnya dengan tuntas, lalu obati dengan
Betadine.
Jika tidak yakin dengan pengobatan Anda sendiri,
kunjungi dokter kandungan Anda untuk mendapatkan obat-obatan antiradang,
antibiotik (untuk mematikan bakterinya), dan salep. Dari dokter, Anda
juga bisa mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut apakah jerawat tersebut
berbahaya atau tidak.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar