Dalam rilisnya yang diterima Kompas.com Selasa siang, Dr Sutopo Purwo Nugroho, dari Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, mengatakan, nama keenam korban adalah Haris (55) laki-laki; Hendi (12) laki-laki; Inem (45) perempuan; Roni, laki-laki; Robi, laki-laki; dan Ita, perempuan.
Inem adalah istri Maman, sedangkan Roni, Robi, dan Ita adalah anak-anak Maman. Saat terjadi tanah longsor, istri dan anak-anak Maman sedang berada di dalam rumah, sedangkan Maman tengah bekerja mengemudi mobil boks dari Cipanas ke Jakarta.
Sutopo mengatakan, saat ini, para korban masih dalam penanganan petugas. BPBD Bogor, BPBD Jawa Barat, Tagana, TNI, Polri, PMI, masyarakat, dan lainnya melakukan penanganan bencana.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Mayjen TNI (Purn) Dr H Syamsul Ma'arif MSi, telah meninjau lokasi dan memberikan arahan penanganan serta memberikan bantuan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
Tercatat tiga rumah, satu masjid, dan satu warung hancur tertimbun tanah longsor. Permukiman dibangun di bawah tebing tegak lurus yang langsung berbatasan dengan Sungai Ciliwung hulu. Longsor terjadi pada tinggi tebing sekitar 20 meter dan lebar sekitar 10 meter. Tidak ada bangunan talud atau tanaman penguat dari tebing tersebut sehingga sangat mudah longsor. Struktur batuan dan jenis tanahnya gembur yang mudah longsor. Longsor susulan masih berpotensi terjadi jika hujan
.
Masyarakat diimbau untuk selalu meningkatkan kesiapsiagaannya dan mengenali kondisi lingkungannya. Permukiman yang berada di daerah rawan longsor seperti di Kecamatan Megamendung banyak ditemui di Kabupaten Bogor, Sukabumi, Puncak, Cianjur, dan lainnya. Rumah, vila, pusdiklat, dan sebagainya dibangun pada daerah rawan longsor tanpa disertai upaya konservasi tanah dan air sehingga wilayah tersebut menjadi wilayah risiko tinggi longsor.
0 komentar:
Posting Komentar