Pengembangan sistem prakiraan dan peringatan dini banjir yang ;ebih
akurat dipersiapkan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memulai
dengan mengadakan pelatihan pembuatan pemodelan dampak banjir secara
mandiri.Pelatihan digelar mulai dengan
melibatkan pemangku kepentingan di tiap daerah akan banjir, diselenggarakan atas
kerjasama International Hydrological Programme UNESCO, Asia Pacific
Center for Ecohydrology (APCE) dan International Centre dor Water Hazard
Risk (ICHARM).
Dalam pelatihan, peserta belajar cara penggunaan
Integrated Flood Analysis System (IFAS) yang dikembangkan ICHARM.
Aplikasi yang bisa diperoleh secara gratis tersebut memungkinkan setiap
pengguna memasukkan data faktor-faktor pemicu banjir serta mengetahui
dampaknya.
"IFAS akan membantu mereka memiliki tools untuk
memperkirakan banjir. Harapannya ini bisa dipraktekkan di daerah,
diterapkan pada sungai di masing-masing daerah," kata Ignatius Dwi
Atmana Sutapa, Sekretaris Eksekutif APCE di sela acara pelatihan di
Jakarta.Hubert Gijzen dari UNESCO mengungkapkan, banjir adalah
bencana yang paling sering terjadi saat ini dan salah satu bencana yang
menyebabkan kerugian terbesar. Banjir Pakistan pada tahun 2010 misalnya,
menyebabkan kerugian hingga 10 miliar dollar AS.
"Untuk
meminimalkan dampak akibat banjir, sangat penting untuk memiliki
pengetahuan tentang penyebab banjir, perkiraan volume banjir, pemompaan
banjir, konsekuensi banjir, pola curah hujan dan sebagainya," kata
Gijzen.
IFAS menjadi perangkat yang membantu memodelkan kejadian
banjir dengan lebih mudah dan murah. Pengguanannya membantu membangun
pengetahuan tentang banjir di setiap daerah di Indonesia.
Ignas
mengatakan, IFAS mampu memodelkan banjir dan dampaknya berdasarkan 23
parameter. Beberapa parameter diantaranya adalah curah hujan, penggunaan
lahan, kepadatan di sekitar sungai dan lainnya.
"Nantinya yang mau dihitung adalah water discharge
di sungainya itu. dengan water discharge tertentu, kita bisa prediksi
dampak banjirnya. lalu dengan membandingkan sejarah banjir sebelumnya,
kita bis estimasi luas wilayah yang terdampak banjir," paparnya.
Deputi
Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI, Iskandar Zulkarnaen, mengatakan,
langkah pemodelan ini sejalan dengan pentingnya pengembangan sistem
peringatan dini banjir yang lebih akurat untuk meminimalkan dampak
bencana.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar