Penggemar Rhoma Irama yang tergabung dalam Soneta Fans Club
Indonesia (SFCI) Jawa Timur mengaku keberatan dan kecewa terhadap
pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengimbau agar tidak
lagi menggunakan musik dangdut dalam kampanye Pilpres 2014 mendatang. Ketua
SFCI Jatim, Surya Aka Syahnagra mengatakan nuansa pernyataan tersebut
dinilai sangat kental dengan nuansa politik untuk membatasi figur
dangdut yang dikabarkan akan maju sebagai salah satu calon presiden
dalam Pemilu 2014 nanti. ''Jika KPU menangkap pernyataan tersebut
sebagai instruksi, maka ini adalah pelemahan secara sistematis pada
salah satu figur calon presiden,'' kata ujar Surya Aka Syahnagra,
Di luar konteks politik, tegas Surya, pernyataan
Presiden SBY itu menunjukkan presiden tidak memiliki sensitivitas
terhadap karya anak bangsa, karena dangdut itu adalah salah satu jenis
musik yang paling dicintai masyarakat Indonesia. ''Apalagi dangdut saat
ini sedang diproses oleh Kemendikbud untuk menjadi World Heritage ke
Unesco,'' tambahnya.
Pihaknya tidak sepakat bahwa dangdut
menjadi pemicu kerusuhan saat kampanye. Grup dangdut Soneta pimpinan
Rhoma Irama, lanjut dia, sudah sejak masa Orde Baru mengawal kampanye
Pemilu dan buktinya selalu tertib.
Dikatakannya, dangdut harus diakui sebagai komponen yang ikut memberikan ketenangan dalam suksesnya kampanye.
Sebelumnya,
Presiden SBY mengingatkan partai politik terkait cara berkampanye. Dia
memaparkan, sebaiknya, kampanye dengan jumlah ratusan ribu orang, mulai
dikurangi. Dia menyarankan untuk tidak menggunakan konser dangdut
demi menarik perhatian rakyat.
Sebab, kampanye-kampanye yang
melibatkan ratusan ribu massa juga bakal menghabiskan dana yang tidak
sedikit. Kampanye dengan dangdut sebaiknya diganti dengan kampanye di
ruangan tertutup yang lebih efektif dan efisien.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar